STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS TIK TERHADAP PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS TIK TERHADAP
PESERTA DIDIK DI SEKOLAH
Negara
Indonesia telah berkomitmen untuk memasuki dan mengimplementasikan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan. Sejak tahun
90-an telah dilakukan berbagai macam uji coba pendidikan berbasis TIK
terutama pada jenjang pendidikan tinggi (dikti) dan sekolah menengah
kejuruan (SMK). Targetnya adalah menjangkau seluruh jenjang dan jalur
pendidikan.
“Tahun ini kita sudah memberikan akses ke lebih dari sepuluh ribu sekolah terutama SMK, bahkan SD dan SMP pun sudah mulai online. Semua perguruan tinggi negeri sekarang sudah online dengan Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan lebih 100 perguruan tinggi swasta sudah online, kata
Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo usai membuka Simposium
Internasional Open, Distance, and E-Learning 2007 di Discovery Kartika
Plaza, Kuta, Denpasar, Bali, Rabu (14/11)..
Menurut
Bambang, strategi pemanfaatan TIK dimulai dari jenjang pendidikan yang
paling siap. Perguruan tinggi, kata dia, telah memulai terlebih dahulu,
kemudian pemberian akses dimulai dari jenjang SMA, SMK, dan SMP.bahkan di tingkat SD. “Biasanya daerah perkotaan lebih siap untuk memulai, kemudian kita rembetkan ke daerah pedesaan.”
Lebih
lanjut Bambang mengatakan, program TIK tidak hanya dibatasi pada
pendidikan formal, bahkan sekarang pun pada pendidikan nonformal sudah
terdapat program TIK. Saat ini, kata dia, telah diselenggarakan program
kursus komputer yang pada akhir program memberikan sertifikasi bertaraf
internasional. “Sertifikasi itu namanya International Computer Driving
License (ICDL). Ini mulai dikembangkan pada pendidikan nonformal,”
ujarnya.
Penerapan
TIK, sejak tahun 2005 juga mengembangkan pendidikan menggunakan sarana
televisi terutama untuk jenjang SMP. “Semua SMP sekarang sudah menjadi
bagian dari TV Education (TVE). Suatu saat nanti antara pendidikan
berbasis televisi dan TIK dapat diintergrasikan, sehingga komunikasi
lebih sempurna lagi,” katanya. (dalam pers depdiknas).
Kehadiran dan kecepatan Perkembangan teknologi
informasi (selanjutnya disebut TI) telah menyebabkan terjadinya proses
Perubahan dramatis dalam segala aspek kehidupan. TI sekarang ini
memungkinkan terjadinya proses komunikasi yang bersifat global dari dan
ke seluruh penjuru dunia sehingga Batas wilayah suatu negara menjadi
tiada dan negara – negara di dunia terhubungkan menjadi satu kesatuan
yang disebut global village atau desa dunia. Melalui Pemanfaatan TI,
siapa saja dapat memperoleh layanan pendidikan dari institusi pendidikan
mana saja. di mana saja, dan kapan saja dikehendaki. Secara khusus,
Pemanfaatan TI dalam pembelajaran dipercaya dapat:
(a) meningkatkan kualitas pembelajaran,
(b) mengembangkan keterampilan TI yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan dalarn kehidupannya nanti,
(c) memperluas akses terhadap pendidikan dan Pcmbelajaran,
(d) menjawab keharusan berparpartisipasi dalam TI.
(e) mengurangi biaya pendidikan.
(f) meningkatkan rasio biaya manfaat dalam pendidikan.
Penggunaan
media pembelajaran berbasis TIK merupakan hal yang tidak mudah.Dalam
menggunakan media tersebut harus memperhatikan beberapa teknik agar
media yang digunakan itu dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan tidak
menyimpang dari tujuannya. Arif S Sadiman ( 1996 : 83 ) mengatakan
bahwa :
1. Media Pembelajaran Dengan Menggunakan Komputer
Aplikasi
komputer dalam bidang pembelajaran memungkinkan berlangsungnya proses
belajar secara individual, Pembelajaran komputer dapat melakukan
interaksi secara langsung dengan sumber informasi. Berbagai lembaga
jarak jauh disejumlah negara yang telah maju, memanfaatkan sarana ini
sebagai sarana interaksi. Pemanfaatan ini didasarkan pada kemampuan yang
dimiliki oleh komputer, berbagia bentuk kemampuan yang dimiliki oleh
komputer dalam memberikan umpan balik ( umpan balik ) dengan negera
–negara berkembang .Pemamfaatan ini .
2. Penggunaan Jejaring Komputer untuk Kegiatan Pembelajaran.
Teknologi
jejaring komputer banyak memberi manfaat bagi pemakainya untuk
melakukan komunikasi secara langsung maupun tidak.Hal ini mungkin dengan
diciptakannya alat yang serba modern. Jaeringan komputer dapat
dirancang sedemikian rupa agar guru dapat berkomunikasi dengan siswa dan
dapat melakukan interaksi belajar lebih efektif dan efisien,
pembelajaran dengan menggunakan komputer tidak saja dapat dilakukan
secara individual, tetapi juga dengan sistem kelompok. Pemanfaatan
jaringan komputer dalam sistem pendidikan jarak jauh dikenal juga dengan
istilah Computer Conferencing System ( CCF). Biasanya system ini
dilakukan dengan melalui surat elektronik ( email ).
Pembahasan
1. Model Pembelajaran Berbasis TIK
Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh
terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut
Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima
pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke
penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari
kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas
jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai
media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi
seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru
dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga
dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan
layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa.
Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di
penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan
dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai
aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era
globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan
terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas
kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat
mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai
bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan
perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa
terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta
penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada
masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam
menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah
tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat
manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa
yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan
kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang.
TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses
pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka
antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di
masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui
jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut
siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau
ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya
proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari
keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah
Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan
dalam tema “Asia in the New Millenium” yang memberikan gambaran berbagai
kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai
aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan,
pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam
berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan
dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul
“Rebooting:The Mind Starts at School”. Dalam tulisan tersebut
dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan
jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk
seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak
duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang
akan datang disebut sebagai “cyber classroom” atau “ruang kelas maya”
sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara
individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut “interactive
learning” atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet.
Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas
pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk
memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan
melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan
individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh
pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum
dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak
dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga
memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju
berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam
situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran
sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa
mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis
seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan
akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang
berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi
dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang
dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk
masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan
perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat
musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal
itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti
berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu
belajar.
Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan
internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara
lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan
dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih
bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang
dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu
bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat
sosial.
2. Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada
tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki
akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan
lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas,
bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus
memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan
sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar
akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi
pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa
sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang
sulit dan berat, (2) upoaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses
transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter,
(5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada
satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear.
.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah
bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan
sebagai berikut:
Lingkungan
|
Berpusat pada guru
|
Berpusat pada siswa
|
Aktivitas kelas
|
Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis
|
Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
|
Peran guru
|
Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli
|
Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli
|
Penekanan pengajaran
|
Mengingat fakta-fakta
|
Hubungan antara informasi dan temuan
|
Konsep pengetahuan
|
Akumujlasi fakta secara kuantitas
|
Transformasi fakta-fakta
|
Penampilan keberhasilan
|
Penilaian acuan norma
|
Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan
|
Penilaian
|
Soal-soal pilihan berganda
|
Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
|
Penggunaan teknologi
|
Latihan dan praktek
|
Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi
|
3.. Kreativitas dan kemandirian belajar
Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana
dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup
berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di
luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi,
pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang
pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai
infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.
Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju
berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya.
Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian
diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang
dimilikinya..
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini
kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi
dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini
dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga,kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas
memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi
kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki
kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi
afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin
tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak
mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin
mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb.
Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat
ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian
sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab
kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan
dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan
kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu,
konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak,
mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap
berbagai hal.
4. Peran guru dalam pembelajan TIK
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap
siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa
memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam
melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru
memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK
dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran
anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser
menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu,
karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah
satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995),menyatakan
bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu
guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran,
partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches),guru
harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk
mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi
masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan
tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam
bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar
permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan
mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada.
Sebagai konselor,guru harus mampu menciptakan satu
situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku
pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak
yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami
kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian
dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan
belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang
pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya
berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari
interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah
satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai
fasilitator pembelajaran siswa. Sebagaipemimpin, diharapkan
guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk
mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar,
guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak
yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus
belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan
kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus
selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan
digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang
mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku
petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu
menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus
didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis
kualitas profesionaliemenya.
5.. Teknologi informasi dan penerapannya dalam bidang pendidikan
Perkembangan Teknologi Informasi (TIK)
yang demikian pesat telah mengubah paradigma manusia dan telah menyebar
dalam setiap aspek kehidupannya, serta memberikan dampak yang positif
maupun negatif . Hal ini telah menyebabkan munculnya paradigma baru,
yaitu paradigma ‘`e” yang berarti ‘electronic Paradigma ini mulai
melekat dalam seluruh aspek kehidupan kita dan teknologi ini akan
merubah jalan hidup manusia. Dengan munculnya paradigma “e”, akan memicu
kita untuk better (multimedia standard), faster (data communication process), accessbility (internet reaches any point), available web-based & collaborative software.
Pengaruh penggunaan TIK telah
masuk dalam dunia pendidikan, dan telah membawa dampak positip yang
besar dalam sistem pendidikan di Indonesia, serta menciptakan suatu
paradigma baru dalam penyelenggaraan pendidikan. Secara khusus TIK mempunyai kemampuan dan kontribusi yang sangat besar dalam merubah learning and teaching process, clan budaya belajar. Perubaham paradigma ini, lebih mengarah pada terciptanya budaya learning how lo learn,dan budaya long live learning yang tidak tergantung tempat dan waktu.
Keunggulan TIK yang
diperankan oleh Internet dalam menyediakan informasi apa saja, yang
ditayangkan secara multimedia, telah membawa perubahan dalam budaya
belajar khususnya dalam Proses Relajar Mengajar (PBM). Saat ini, hanyak
lembaga pendidikan (berbagai negara, telah menyelenggarakan pendidikan
jarak jauh dengan menggunakan bantuan TI. pendidikan seperti ini
dinamakan sebagal e-Education, e-Learning, e-Campusi, e-dgital, Tele-Educaton, Cyber-Campus, Virtual Universiy, dll. yang juga dilengkapi dengan dgiital librarv atau virtual-library termasuk didalamnyaebook.
Narnpaknya model pendidikan e-duction ini,
akan sangat diandalkan pada saat ini dan dimasa mendatang. Pada dekade
berikutnya perubahan besar yang terjadi adalah penggunaan teknologi dan
delivery system. Model e-Education dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk dapat menjawab tantangan perkembangan TIK, khususnya dalam dunia pendidikan di Indonesia. Model yang dikembangkan dapat saja berbentuk off-line, real time, dan online, yang bersifat non nteractive,, semi interactive. atau ,fulllv interactive. Penerapan e-Education perlu difokuskan pada learning and teaching process, berarti bahwa model yang diciptakan juga harus berbentuk e-Iearning dan e-tcarhing dan implementasinya memerlukan suatu software. yang memiliki fasilitas learning space. Pembelajaran yang menyenangkan disebut edutainment, perpaduan antara education (pendidikan)
dan entertainment (hiburan). Sebuah proses pembelajaran yang didesain
sedemikian rupa sehingga muatan pendidikan dan hiburan dapat
dikombinasikan dengan harmonis. Sebuah proses pembelajaran yang
interaktif yang memberikan ruang kepada siswa untuk mengalami, rnencoba,
merasakan, dan menemukan sendiri. Dave Meier (2000) dalam Khoiruddin
Bashori menyatakan, sudah saatnya pembelajaran pola lama diganti dengan
pendekatan SAVI (Somatic, Auditory. Visual, dan Intellectual). Somatic didefinisikan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mcnggambarkan). Intellectualmaksudnya adalah learning bv problem solving and reflecting (belajar
dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi). Keempat pendekatan
belajar tersebut diintegrasikan sedemikian rupa sehingga siswa dan guru
dapat secara bersama-sama menghidupkan suasana kelas. Kelas, dengan
pendekatan ini tidak lagi seperti kuburan, akan tetapi merupakan arena
bermain yang menyenangkan bagi anak. Pclajaran dikenalkan dalam suasana
bermain dan bereksperimen. Suasana kelas yang menggairahkan sangat
bermanfaat tidak saja bagi peningkatan prestasi belajar siswa, tetapi
Juga menurunkan stress, meningkatkan ketrampilan interpersonal, dan
kreativitas siswa.
Di
masa depan, proses belajar akan semakin mandiri; diarahkan sendiri dan
dipenuhi sendiri. Ini herarti siswa perlu diberikan cukup ruang untuk
mengeksplorasi, bereksperimen dan mengajari dirinva sendiri. Model
pendidikan tradisional yang serius dan over-regulasi perlu diganti
dengan belajar mandiri, berdasarkan prinsip-prinsip ilmu kognitif
modern. Dengan model ini kecintaan belajar secara alami akan tumbuh
dalam diri setiap orang. Semangat otodidak dapat berkembang subur.
Setiap individu mcmi!iki gaya belajar dan gava bekerja yang unik, maka
sekolah semestinya dapat melayani setiap gaya belajar individu. Sebagian
orang lebih mudah belajar secara visual: melihat gambar dan diagram.
Sebagian lain secara auditorial; suka mendengarkan. Sebagian lain
mungkin adalah pelajar haptic: menggunakan indera perasa atau
mcnggerakkan tubuh (pelajar kinestetik). Beberapa orang berorentasi pada
teks tercetak; membaca buku. Yang lainnya adalah kelompok interaktif;
berinteraksi dengan orang lain. (Dryden &Vos, 2001 dalam Khoiruddin
Bashori).
6. Optimalisasi Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran
Kehadiran TIK pada saat ini sudah tidak mungkin dihindarkan lagi. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan untuk menerima TIK, dan kemampuan untuk memanfaatkanya seoptimal mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam pembelajaram secara optimal, diperlukan hal – hal berikut:
(1)
Visi Pembelajaran – yang menjelaskan bagaimana pembelajaran seharusnya:
karakteristik, proses dan paradigmanya – di masa mendatang. TIKmembawa
peruhahan dalam berbagai aspek pembelajaran, termasuk paradigma
pernbelajarannya. Apakah pembelajaran tetap berfokus pada materi dan
tenaga pengajar Ataukah pembelajaran yang diinginkan adalah yang
berfokus pada siswa atau kompetensi? Apakah pembelajaran akan memiliki
sifat fleksibel, dari sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah
pembela.jaran dipersepsikan memerlukan TIK? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan isi pembelajaran yang memamfaatkan TIK, sehingga TIK dapat dimanfaatkan dengan optimal.
(2)
Realokasi sumber daya – hal ini sangat penting karena dari waktu ke
waktu penerimaan setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat.
Untuk memanfaatkan TIK,
yang memiliki initial cost yang sangat timggi, diperlukan keberanian
pimpinan Lembaga pendidikan untuk mereloalokasikan sumber daya sesuai
denganprioritas yang ditentukan. Alokasi sumberdaya ini dapat dibuat
secara bertahap dan sistematis.
3).
Strategi implementasi – Sesuai dengan alokasi sumberdaya yang dibuat
bertahap, maka strategi implementasi pun perlu dilakukan secara bertahap
dan sistematik. Pentahapan ini menjamin bahwa langkah yang dilakukan
tidak terlalu besar sehingga dapat memutarbalikkan tradisi pembelajaran
yang sekarang sudah bcrjalan dan banyak orang sudah merasa nyaman dengan
hal itu. Pentahapan juga dapat memberikan gambaran tentang keuntungan
dari pemanfaatun TIK, contoh keberhasilan pemanfaatan TIKyang kemudian dapat dimamfaatkan kepada kasus-kasus lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan TIK (misalnya keterampilan tenaga pengajar, siswa)
(4) Infrastruktur – sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya pemanfaaran TIK dalam pembela’jaran. Pemanfaatan TIK sangat
bergantung pada kehadiran perangkat keras pendukung, perangkat lunak,
jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat mendukung. Jika salah satu
tidak tersedia, maka pemanfaatan TIK tidak akan optimal.
(5) Akses siswa kepada TIK – walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan sistematis dan cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses terhadap TIK, maka pemanfaatan TIK akan menjadi beban semata. Jika memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TIK yang dapat diakses oleh siswa atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa siswa dapat mengakses TIK misalnya melalui penyediaan daftar warnet, computer and internet rental.
(6)
Kesiapan tenaga pengajar – pembelajaran merupakan proses untuk
knowledge prodtion knowleg transmission, dan knowledge application.
Sementara itu, TIK adalah
alat yang dapat mempermudah dan mempercepat terjadinya proses tersebut.
Tenaga pengajar perlu memiliki sikap dan pengetahuan yang jelas tentang
hal tersebut, sehingga tidak menjadikan TIKsebagai
pembelajaran itu sendiri. Oleh karena itu, persiapan tenaga pengajar
dimulai dari tahap penyadaran, sampai tahap adopsi dan pemanfaatan perlu
dilakukan, melalui berbagai cara, seperli pelatihan, learning by doing,sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar meliputi computer., and intenetliteracy, pengetahuan teknis dan operasional komputer dan internet, keterarnpilan merancang pembelajaran berhasis TIK keterampilan memproduksi pembelajaran berbasis TIK, serta keterampilan mengintegrasikan TIK dalam
sistem pembelajaran secara umum. Institusi pendidikan perlu melakukan
penataan tentang penghargaan bagi tenaga pengajar yang telah mulai
berpartisipasi dalarn pemanfaatan TIK, sebagai salah satu bentuk motivasi ekstemal.
(7) Kendali mutu dan penjaminan mutu – Inisiasi pembelajaran berbasis TIKperlu
disikapi sebagai proyek pengembangan kualitas pembelajaran. Dalam hal
ini, perencanaan secara konseptual maupun operasional merupakan syarat
yang tidak dapat ditawar. Pemantauan inisiasi selama dilaksanakan juga
merupakan mekanisme pengendalian mutu yang tidak dapat dihindarkan ,
kemudian evaluasi keberhasilan (cost-efftctiveness dan cost efficiency) menjadi mata rantai akhir untuk menentukan sejauhmana pembelajaran berbasis TIK dapat memberikan hasil yang optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TIK akan memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, bukannya berkurang atau menyimpang.
(8) Kolaborasi dan konsorsiurn – pembelajaran berbasis TIK tidak
mungkin untuk berdiri sendiri. Kolaborasi dan pengembangan jejaring
keahlian merupakan landasan dasar dari keberhasilan pembelajaran
berbasis TIK. Artinya, dituntut kerjasama dari berbagai pihak dalam beragam peran untuk dapat mengembangkan pembelajaran berbasis T1K,
melaksanakannya, serta mengevaluasi serta merevisi untuk kemudian
meningkatkan kualitasnya. Kedelapan strategi tersebut memerlukan
perencanaan dan juga sumberdaya yang tidak sedikit.
C. Kesimpulan
Pembelajaran
berbasis TIK adalah suatu proses penciptaan lingkungan yang
memungkinkan pada suatu pendidikan yang diselenggarakan secara
interaktif, menyenangkan,menantang memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif,serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas,dan kemandirian sesuai dengan bakat,minat,dan perkembangan
fisisk serta psikologis peserta didik.
Model
pembelajaran TIK adalah mengkomunikasikan berkembangnya penggunaan
media pembelajaran terhadap anak didik secara aktif dan kreatif, kapan
saja dan dimana saja yang dapat untuk mempermudah dalam komunikasi
pembelajaran. Pergeseran terhadap pandangan tentang pembelajaran TIK
yang dapat dimanfaatkan dalam memperbaiki mutu pembelajarandengan
mengakses pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat TIK
pada suatu proses tranfer daan penerimaan informasi.
Dengan
memperhatikan beberapa pengalaman dari hasil pembelajaran TIK akan
berpengaruh terhadap individu secara ekselerasi, perluasan efektifitas
dan produktifitas pembelajaran, sehingga dapat mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki.Peran guru dalam pembelajaran TIK memegang yang
sangat penting dalam memfasilitasi pembelajaran kepada peserta didik
secara efektif. Hal ini harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen
yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalisme.
Optimalisasi
pemanfaatan TIKdalam pembelajaran pada saat ini sudah tidak
memungkinkan dihindari lagi, karena isi pembelajaran TIK dapat
dimanfaatkan secara optimmal, strategiimplementasi, dan infrastruktur
sarana prasarana sangat penting untuk mengakses pendidikan yang
dibutuhkan siswa dalam institusi pendidikan disaat-saat sekarang.
Komentar
Posting Komentar